Makalah Anak Berkebutuhan Khusus

Makalah Anak Berkebutuhan Khusus

PEMBAHASAN
2.1  PengertianAnak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih di kenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa di depinisikan sebagai anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial sehingga untuk mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus.dalam paradigma baru, (ABK) berarti anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas yang tidak bisa di samakan dengan anak normal lainnya (Suyanto, 20005) dengan demikian, ABK dapat di artikan sebagai anak yang memiliki kebutuhan individual bersifat khas yang tidak bisa di samakan dengan anak normal pada umumnya sehingga dalam perkembangannya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang secara optimal (Abdurahman 1994).

Lync  (1994) membedakan ABK menjadi 3 kategori berikut :
Anak-anak usia sekolah yang saat ini berada di lembaga-lembaga pendidikan formal tetapi mereka tidak memiliki atau menunjukan kemajuan yang berarti dalam belajar kelompok ini termasuk di dalamnya adalah anak lamban ajar, anak berkesulitan belajar, anak ber IQ sedang (bukan luar biasa), anak hiperaktif, anak autis, dan sebagainya.


Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik fisik sosial emosi dan mental.kelompok ini termasuk di dalamnya adalah anak tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras.


Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan formal sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terlupakan kelompok ini termasuk di dalamnya adalah anak-anak yang bekerja (pekerja anak), anak perempuan yang terpingit karena kultur,anak-anak miskin, anak-anak yang berdomisili di perairan, kepulauan, dan daerah terpencil, dan anak-anak korban kerusuhan dan sebagainya.

2.2  KlasifikasiAnak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus memiliki keragaman sifat,karakteristik,dan bentuknya.Untuk memudahkan pembahasan maka ABK dapat di klasifikasikan berdasarkan jenisnya (Abdurahman:1994) yaitu:
·  Berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi)
·  Berdasarkan aspek fisik, dan
·  Berdasarkan aspek tingkah laku

a.    Kelompok ABK dilihat dari aspek kecerdasan (inteligensi)
Dari aspek kecerdasan, anak kelompok ini terdiri dari kelompok ABK berintelegensi di alas rata-rata (Baihaqi:2006), meliputi :

  1. Super cerdas/gifted (IQ>140)
  2. Sangat cerdas/full bright (IQ 130-140)
  3. Cerdas/Rapid (IQ 120-130)
  4. Atas Normal (IQ110-120)
  5. Bila dibanding dengan anak normal lain yang sesuai/sebaya, anak berkecerdasaan di atas rata-rata memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
  6. Memiliki kecepatan belajar tinggi, misalnya cepat memahami materi yang kompleks.
  7. Mudah mengingat kembali pesan ingatan sangat setia.
  8. Bahasa dan pembendaharaan kata yang mereka miliki sangat luas dan melebihi anak-anak pada umumnya.
  9. Memiliki daya nalar yang baik misalnya berpikir logis

b.   Kelompok ABK berintelegensi di bawah rata-rata
Kelompok ABK berintelegensi di bawah rata-rata (Baihaqi:2006), meliputi:

  • Bawah rata-rata/dul normal (IQ 80-90)
  • Moron/Border line (IQ 70-80)
  • Debil (IQ 60-70)
  • Imbisil (IQ 30-60)
  • Idiot (IQ < 30)

Bila dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya yang sebaya, maka kelompok anak ini memiliki karakteristik, sebagai berikut :

  • Kecepatan belajarnya lamban.
  • Sulit mencerna materi meski diulang-ulang.
  • Cepat hilang daya hafalnya.
  • Perkembangan bahasanya relatif lambat dan kosa katanya minim sekali, daya kreatifitas dan imaginasinya relatif rendah.
  • Tidak suka pada pelajaran yang memerlukan daya pikir tinggi.
  • Daya perhatian dan konsentrasinya lemah terutama pada hal-hal yang memerlukan ketelitian/kecermatan.

c.    Kelompok ABK ditinjau dari aspek fisik/jasmani
Ditinjau dari aspek fisik atau jasmani anak kelompok ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

a. Tuna Netra
Tuna Netra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tuna netra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.

Tuna Netra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:

  • buta total (Blind)
  • low vision.

b. Tuna Rungu
Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah :

  • Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
  • Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
  • Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
  • Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
  • Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

c. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

  • Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
  • Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
  • Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
  • Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

d. Kelompok ABK dalam aspek tingkah laku (Tunalaras)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Tunalaras dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
a. Penyimpangan tingkah laku yang ekstrem sebagai bentuk kelainan/gangguan emosi (emotional disturb). Pada kelompok ini anak memiliki tekanan dalam jiwanya yang ditunjukkan dalam bentuk kecemasan yang mendalam.

b.Penyimpangan tingkah laku yang ekstrem sebagai bentuk kelainan/gangguan penyesuaian sosial (social maladjusted). Pada kelompok ini anak mempunyai tingkah laku yang tidak sesuai dengan adab kebiasaan yang berlaku.

Cici – Cirinya :

  • Bersikap membangkang.
  • Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
  • Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu.
  • Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

e.    Kelompok ABK dari aspek / jenis tertentu
a.       Autisme
Autis berasal dari kata auto yang berarti diri sendiri, sedangkan kata isme berarti aliran, paham, atau pandangan. Dengan demikian secara etimologis autisme adalah suatu paham atau pandangan yang tertarik hanya kepada dunianya sendiri. Anak yang mengidap autis pada umumnya menunjukan perilaku tidak senang kontak mata dengan orang lain, kurang suka brantem, senang menyendiri dan asyik dengan dirinya sendiri. Sementara itu secra medis autis dikatakan sebagai gangguan perkembangan yang komplek menyangkut aspek komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas jasmani. (Sauryana, 2004).

Gejala yang dijumpai pada anak yang autisme adalah tidak adanya kontak mata, menyendiri, (sulit bersosialisasi), adanya perilaku yang stereotipik seperti terpaku pada objek tertentu (putaran kipas angin), menolak suatu perubahan, terlambat perkembangan bicara membeo, sulit berdialog, sering disertai hiperaktivitas.

b.      Hiperaktif
Istilah hiperaktif berasal dari kata hiper yang berarti kuat, tinggi, lebih, sedangkan kata aktif berarti gerak atau aktivitas jasmani. Dengan demikian hiperaktif berarti seseorang yang memiliki aktivitas gerak jasmani yang lebih atau melebihi teman-teman seusianya. Seseorang dikatakan hiperaktif jika menunjukkan gejala-gejala perilaku yang melebihi kapasitas anak-anak yang normal, misalnya :

  1. Tidak bisa mempertahankan perhatian, Mereka sangat mudah beralih, Perhatiannya pada hal-hal disekitarnya, Mudah bosan, Kemampuan ingatan jangka pendek rendah.
  2. Dengan impulsifitas. Kondisi ini menyulitkan anak saat belajar, duduk tenang, mendengarkan guru, mengerjakan tugas.
  3. Tidak terpuaskan butuh stimulasi dan perhatian yang terus menerus, dan harus segera terpenuhi.
  4. Kurang mampu melakukan interaksi sosial, tidak mengerti cara berinteraksi dengan baik, sering berprilaku kasar dan menjengkelkan teman, sering mengatakan hal yang tidak tepat.
  5. Koordinasi motorik halus buruk, tulisan sulit dibaca, kesulitan mewarnai, dan mengikat tali sepatu.
  6. Tidak teratur, umumnya tidak terorganisir, tidak rapi berpakaian, mengurus alat sekolah, dll. Pelupa, senang menunda tugas.
  7. Mengalami kesulitan belajar, termasuk kesulitan dalam membaca, menulis, bahasa, matematika, atau kombinasi. Dari tes intelegensi : prestasinya jauh dibawah potensi yang dimiliki.

Hiperatif dapat diklasifikasikan atas tiga kategori, yaitu :
a. Tipe inatensi
b. Impulsivitas
c. Hiperaktivitas
c. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Ada beberapa jenis kesulitas/gangguan belajar yang seringdialami anak-anak usia sekolah dasar, diantaranya :
a. Kesulitan berbahasa (disleksia)
b. Kesulitan menulis (agraphia)
c. Kesulitan berhitung

2.3  FaktorPenyebab Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Banyak faktor penyebab disfungsi otak: mulai dari masa kehamilan ibu (kurang gizi, merokok, mengalami pendarahan), saat melahirkan (kelahiran yang sulit, lahir premature), atau saat bayi lahir (tidak langsung menangis, nampak biru, pucat, kuning) dan setelah bayi lahir (mengalami radang otak atau cedera kepala).

  1. Kejadian sebelum lahir (pranatal)
  2. Ketunaan yang terjadi pada anak ABK yang terjadi sebelum masa kelahioran dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal sebagai berikut :
  3. Virus liptospirosis (air kencing tikus), yang menyerang pada ibu yang sedang hamil, jika virus ini merembet pada janin yang sedang dikandungnya melalui placenta maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan.
  4. Virus maternal rubella (campak jerman), retrolanta fibroplasia (RLP) yang menyerang pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya terdapat kemungkinan akan timbul kecacatan pada bayi yang akan lahir.
  5. Keracunan darah (toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil sehingga janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal. Sehingga syaraf-syaraf diotak mengalami gangguan.
  6. Faktor rhesus (RH) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di kandungan yang terjadi karena gangguan/infeksi pada placenta.
  7. Gangguan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaiannya sehingga mengakibatkanpertumbuhan janin tidak berkembang secara wajar.


b. Kejadian pada saat kelahiran

  1. Kelahiran yang menggunakan tang verlossing (dengan bantuan tang). Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga pertumbuhan otak kurang dapat berkembang secara maksimal.
  2. Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayikekurangan zat asam/oksigen. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel di otak.
  3. Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen cukup yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.

c. Kejadian setelah lahir

  1. Penyakit radang selaput (meningitis) dan radang otak (enchepalitis) sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak menjadi terganggu.
  2. Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak.
  3. Stes berat dan gangguan kejiwaan lainnya
  4. Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip)