PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA

SOAL
DAN JAWABAN

PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA

1.      Deskripsikan yang di maksud dengan :

Jawab
:

Karakteristik
Pembelajar

yakni sifat khas
yang dimelekat pada suatu objek. Karakteristik pembelajar bahasa kedua dapat
berarti sifat yang khas yang dimiliki oleh masing-masing individu pembelajar
bahasa kedua. Perbedaan karakteristik akan berpengaruh pula pada hasil belajar
bahasa kedua bagi pembelajar tersebut.

Ada
tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik pembelajar (peserta
didik) yaitu:

1)      Karakteristik
atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills,
seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir,mengucapkan hal-hal
yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.

2)      Karakteristik
yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture).

3)      Karakteristik
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan,
minat dan lain-lain.

         
Proses
pembelajar

1)      Prosesi
Informasi

Teori ini mengungkapkan bahwa pelajar
B2 melakukan serangkaian sirkulasi informasi antara rangsangan bahasa kedua
dari luar menuju ke otak dan selanjutnya diproduksi. Rangkaian tersebut pertama
berasal dari input / masukkan: segala bentuk informasi atau stimulus
dari B2 yang terekspos kepada pelajar. Dari input selanjutnya masuk ke dalam
pusat pengolahan dan restrukturisasi informasi dalam otak. Dalam fase ini pula
proses pembelajaran yang terkontrol menjadi otomatis, dan saat ini di mana
restrukturisasi pengetahuan terjadi. Terakhir adalah fase produksi di mana pada
fase ini pelajar B2 mencoba menguji kemampuannya ke bahasa target melalui
pembicaraan dan penulisan.

2)      Pemetaan

Teori pemetaan menerangkan bahwa
pelajar B2 cenderung membagi antara bentuk eksternal dan fungsi internal sebuah
kata. Bentuk sebuah benda leksikal diwujudkan melalui suara yang diperoleh dari
pengucapan, sedangkan secara fungsi ia mengandung makna semantik. Kumpulan kata
yang terbentuk dalam kalimat secara bentuk ajdalah rentetan tata bahasa
sedangkan secara fungsi kata-kata tersebut menduduki fungsi masing-masing.
Sebagai contoh, Kata kuda merupakan bentuk leksikal yang terwujud melalui
pelajafalan /ku-da/, fungsinya memiliki arti hewan berkaki empat yang memakan
rumput. Dalam kalimat kuda memakan rumput, struktur di mana kuda sebelum dan
rumput sesudah kata kerja adalah bentuknya, sedangkan fungsinya adalah hubungan
sujek, predikat, dan objek.

3)      Koneksionisme

Koneksionisme artinya paham mengenai
hubungan,  yaitu hubungan menguatkan antara stimulus dan respon yang mempengaruhi
otak ketika proses belajar B2 berlangsung. Dalam pandangan ini, kegiatan
pemrosesan berlangsung karena nodus di dalam otak terhubung satu sama lainnya
melalui saluran saraf. Keterhubungan tersebut menguat apabila pelajar lebih
sering terekspos oleh masukan / stimulus-stimulus B2; pada saat ini mereka
melakukan proses asosiasi berulang-ulang sehingga kemungkinan besar proses
pemahaman bahasa asing lebih kuat.

         
Usia
dan pemerolehan bahasa kedua

1)     
Dalam hal urutan pemerolehan, tampaknya
faktor usia tidak terlalu berperan sebab urutan pemerolehan oleh kanak-kanak
dan orang dewasa tampaknya sama saja.

2)     
Dalam hal kecepatan dan kecepatan belajar
bahasa kedua, dapat disimpulkan : (a) anak-anak lebih berhasil daripada orang
dewasa dalam pemerolehan sistem fonologi atau pelafalan, (b) orang dewasa lebih
cepat daripada anak-anak dalam bidang morfologi dan sintaksis, (c) anak-anak
lebih berhasil dari orang dewasa, tetapi tidak selalu lebih cepat.

2.      Mengapa terjadi interferensi antara pemerolehan
bahasa pertama dan kedua?

Jawab
:

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai
peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh anak pada tahapan berikutnya.
Sebagai contoh seorang anak yang orang tuanya berasal dari daerah Melayu dengan
lingkungan orang Melayu dan selalu menggunakan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi
sehari-hari, maka anak itu akan mudah menerima kehadiran bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua (B2) di sekolahnya.

Tuturan bahasa pertama (B1) yang diperoleh dalam
keluarga dan lingkungannya sangat mendukung terhadap proses pembelajaran bahasa
kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia. Hal ini sangat dimungkinkan selain faktor kebiasaan
juga bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Lain halnya jika kedua orang
tuanya berasal dari daerah Jawa dengan lingkungan orang Jawa tentu dalam komunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa Jawa akan mengalami kesulitan untuk menerima bahasa
kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia yang dirasakan asing dan jarang didengarnya.

3.      Jelaskan faktor apektif dalam pemerolehan bahasa
kedua!

Jawab
:

Setelah ditelaah, ada dua kategori yang
dimasukkan dalam faktor apektif dalam pemerolehan bahasa kedua, yaitu :

         
MOTIVASI adalah Para penyaji yang bermotivasi
tinggi pada umumnya berbuat lebih baik dalam Pemerolehan Bahasa Kedua
(biasanya, tetapi tidak selaluh,”integrative”).

         
KEGELISAHAN, kegelisahan yang rendah ternyata
mengakibatkan atau mendatangkan hasil yang lebih baik Pemerolehan Bahasa Kedua,
baik yang diukur sebagai pribadi ataupun kegelisahankelas

Para
penyaji yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan imaji
nasi
diri
sendiri yang baik, cenderung berbuat lebih baik dalam Pemerolehan Bahasa Kedua.
Hipotesis Saringan Afektif menuntut bahwa efek atau pengaruh “afe” atau
“kepura-puraan” atau “yang dibuat-buat” memang berada “diluar” sarana pemerolehan
bahasa yang wajar.

4.      John Schuman (1976 : 136) menggambarkan jarak
sosial dalam pemerolehan bahasa kedua atas parameter-parameter berikut :

Jawab
:  

a.     
Integrasi

Bagaimana
pola integrasi kelompok bahasa kedua? Apakah secara asimilasi, akulturasi, atau
preservasi? Apakah derajat/ tingkat kelompok bahasa kedua saling terpisah?

b.     
Keserasian

Apakah
kelompok bahasa kedua saling terpadu? Seberapa banyakkah anggota kelompok
bahasa kedua tersebut?

c.      
Kepermanenan

Seberapa lamanya
kelompok bahasa kedua berniat untuk tinggal di daerah bahasa pertama?

SOAL
DAN JAWABAN

KAPITA
SELEKTA BAHASA INDONESIA

1.     
a.  Pilihlah Kompetensi Dasar aspek membaca kelas
3 Sekolah Dasar!

Jawab
:

Kompetensi Dasar :

Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca
intensif, dan membaca dongeng

b.  Gambarlah alat peraganya dan jelaskan!

Bagi
siswa, dapat bercerita di depan kelas adalah hal yang menyenangkan. Mungkin
anak akan bercerita tentang pengalaman 
berkaitan dengan dunia yang ada sekolahnya atau menceritakan kembali
dongeng yang sudah  dikenalnya. Mungkin
juga anak akan bercerita dalam beberapa kalimat saja, tetapi berperan  sebagai pencerita adalah pengalaman yang diinginkannya.
Guru harus memberikan kesempatan ini kepada mereka. Salah satu bentuk simulasi
yang dapat dilakukan  siswa adalah
permainan boneka. Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan  kepada anak untuk berbagai gagasan dan cerita
lewat percakapan yang disertai dengan gerak 
boneka. Mereka dapat menggunakan boneka-boneka yang sudah tersedia baik
berupa boneka tangan, boneka jari, ataupun boneka tiruan binatang/orang dan
mencari cerita yang sesuai denga
n boneka-boneka tersebut.

Pada Panggung Boneka, dibuat sebuah
panggung boneka mini dengan berbagai  jenis
binatang tertancap di bagian depan panggung boneka tersebut. Media simulasi
kreatif  ini dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan sandiwara boneka seperti yang telah dijelaskan di  atas. Agar dapat memainkan sandiwara boneka
ini secara baik, guru perlu melatih siswa  untuk mengucapkan dialog secara jelas dan
menggerakkan tangan. Anak-anak harus  berbicara
seolah-olah mereka adalah pelaku dari cerita tersebut. Misalnya, pada saat mencaritakan
kisah Guru dan Siswa, pencerita
harus berbicara dengan nada suara keras dan berat saat mengucapkan dialog
seorang raksasa. Begitu juga saat peran Ibu Guru yang sedang marah, harus
diucapkan dengan nada kesal dan marah. Untuk kebutuhan ini guru harus melatih
siswa melakukan olah vocal sehingga pada saat bercerita siswa bersih, jelas,
dan keras sehingga dapat disimak oleh seluruh siswa yang ada di ruangan
tersebut.

2.     
a.  Pilihlah Kompetensi Dasar aspek menulis kelas
4 Sekolah Dasar!

Jawab
:

Kompetensi Dasar :

Melengkapi bagian cerita yang hilang dengan
menggunakan kata/kalimat yang tepat.

b.  Deskripsikan pengelolaan kelas sesuai waktu
yang ditentukan!

Pertama, salah satu siswa
membacakan cerita rumpang (cerita yang belum selesai), kemudian siswa yang lain
menyimak cerita tersebut. Di akhir cerita, siswa yang menyimak melengkapi
cerita tersebut dengan tanda baca titik, koma, dll. yang sesuai dengan cerita
tersebut.
Kemudian guru menyuruh siswa yang
lain untuk
membacakan kembali teks cerita yang sudah dilengkapi di depan kelas.

3.     
a.  Pilihlah kompetensi Dasar aspek berbicara
kelas 6 Sekolah Dasar!

Jawab
:

Kompetensi Dasar :

Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media
dengan bahasa yang runtut,
baik dan benar

b.  Tentukan media, metode dan model
pembelajarannya!

Media
                        :
Buku, last, majalah

Metode                                   : Tanya jawab,diskusi, penugasan

Model Pembelajaran   :
Cooperative Learning

4.     
Bagaimana
cara menanggulangi peserta didik yang kesulitan dalam aspek menulis di kelas 1
Sekolah Dasar!

Jawab
:

1)      Memberikan tugas menulis kalimat
yang ditulis di papan tulis guru.

2)      Bersama-sama dengan siswa
mengidentifikasi kesalahan tulisan mereka.

3)      Menjelaskan mengenai pelatihan dan Abjad
masing-masing permasalahan.

4)      Menjelaskan kriteria penulisan yang
benar dan meminta anak menyatakan kembali kriteria tersebut.

5)      Memberikan latihan menulis dengan
guru memberikan bantuan.

6)      Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
bersama-sama dengan anak.

7)      Memberikan latihan menulis dengan
mengurangi bantuan terbatas pada kesalahan yang banyak dilakukan anak.

8)      Mengevaluasi hasil pekerjaan
bersama-sama dengan anak.

9)      Memberikan latihan menulis tanpa
bantuan guru.

10)  Mengevaluasi pekerjaan anak.

5.     
Pilihlah
simulasi kreatif permainan bahasa atau sastra Indonesia dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di Sekolah Dasar!

Jawab
:

Pada
saat anak bermain menyusun piramida dari kotak berhuruf (seperti terlihat pada
gambar samping) atau gelas lastic berwarna dan berhuruf sehingga membentuk
susunan kata bermakna, maka dia akan berusaha agar gelas-gelas berwarna dan
berhuruf tersebut tidak mudah jatuh. Hal ini menuntut anak untuk berpikir
divergen, karena melalui permainan an
 ak akan mencoba memecahkan masalah dan
menemukan solusi permasalahan. Dengan demikian, melalui permainan yang
dilakukan anak akan memperoleh kesempatan untuk menemukan berbagai solusi
permasalahan melalui kegiatan berpikir divergen. Hal ini sejalan dengan tujuan
pengembangan kognitif, yaitu (1) belajar memecahkan masalah, (2) berpikir
logis, mengumpulkan dan memuat informasi yang diperleh sedemikian rupa sehingga
masuk akal, dan (3) berpikir secara simbolis, misalnya menggunakan subyek
dengan cara yang unit.

6.     
Bagaimana
cara mendiagnosis kesulitan membaca!

Jawab
:

Cara mendiagnosa antara lain :

1)     
Apakah anak membaca perlahan-lahan?

2)     
Apakah anak mengalami kesulitan membaca
ketika berada di sekolah?

3)     
Apakah anak harus sering membaca satu
atua dua kali sebelum masuk akal?

4)     
Apakah anak tidak nyaman dengan membaca
keras?

5)     
Apakah anak mengabaikan, mengubah
urutan, atau menambahkan huruf ketika anak membaca?

6)     
Apakah kita masih menemukan ana
melakukan kesalahan ejaan dalam membaca?

7.     
Bagaimana
teknik menyusun buku ajar berdasarkan kompetensi dasar aspek keterampilan
menulis!

Jawab
:

1)     
Menimbulkan minat baca

2)     
Ditulis dan dirancang untuk siswa

3)     
Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan
dicapai

4)     
Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih

5)     
Mengakomodasi kesulitan siswa

6)     
Memberi rangkuman

7)     
Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

8)      Kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa

8.     
Kemukakan
problematika keterampilan berbicara di Sekolah Dasar dan tentukan solusinya!

a.      Problematika

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan
guru terkadang siswa tidak bersemangat atau tidak berminat dalam pembelajaran
sehingga siswa menjadi pasif (tidak aktif), siswa mengikuti pembelajaran Bahasa
Indonesia tidak ada niat, tidak ada gairah dan keseriusan. Jika guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, siswa hanya diam, tidak ada yang menjawab atau merespon
guru. Keterampilan berbicara siswa masih kurang, siswa belum terampil dalam
mengemukakan pendapat, ide dan pikiran baik melalui pertanyaan maupun dalam
bentuk pernyataan maupun pertanyaan. Siswa kurang terampil dalam menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Khususnya saat pembelajaran Bahasa
Indonesia, masih banyak siswa yang menggunakan bahasa daerah sehari-hari. Dalam
bahasa tulis, masih banyak siswa yang tidak memahami tentang ejaan, misalnya
penggunaan paragraf dan lain-lain. Belum lagi masalah bahasa tulis yang masih
terbawa bahasa lisan yang merupakan bahasa daerah. Ada pula siswa yang pasif
dan kurang memiliki keberanian serta percaya diri, mereka harus ditunjuk
terlebih dahulu agar mau membaca di depan kelas. Bahkan siswa seperti ini
terkadang harus dirayu dulu agar mau membaca di depan kelas. Siswa yang pasif
cenderung lebih pelan suaranya ketika membaca. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri yang mereka miliki.

b.      Solusi

Untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu diberi banyak
latihan, misalnya diberi kesempatan bertanya, lebih sering disuruh maju ke
depan kelas untuk membaca puisi, bermain drama dan lain-lain. Hal tersebut
dimaksudkan melatih mental para siswa agar berani tampil di depan kelas. Kalau
mental siswa sudah bagus tinggal membimbing dan membina kemampuan dan
keterampilan siswa dalam berbicara. Pada umumnya, keterampilan berbicara
seseorang didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang ia miliki, terkadang
seseorang bingung apa yang harus ia ungkapkan dan bicarakan karena tidak adanya
pengetahuan yang ia miliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan
berbicara, siswa perlu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga
siswa dapat berbicara dengan baik. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi
juga turut membantu melatih latihan siswa untuk mengemukakan pendapatnya,
sanggahan, alasan dan argumentasi secara lisan.