Ramadan dan Idul Fitri pada Zaman Nabi

Ramadan dan Idul Fitri pada Zaman Nabi  – Ramadan dan Idul Fitri pada Zaman Nabi   – Ayat yang memerintahkan saum Ramadan (QS al-Baqarah [2]: 183) diturunkan oleh Allah pada bulan Sya’ban 2 H. Berarti Rasulullah saw. sempat melaksanakan ibadah puasa sebanyak sembilan kali sebelum beliau wafat pada 12 Rabi’ al-Awwal 11 H, 

Menurut atsar Ibnu Mas’ud dari Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah saw. semasa hidupnya lebih banyak berpuasa Ramadan 29 hari daripada 30 hari. Puasa Ramadan pada zaman Rasulullah ini menarik untuk dibuktikan dengan hisab astronomi. 

Dr. T. Djamaluddin, peneliti bidang Matahari dari lingkungan Antariksa, Lapan, Bandung, telah menghisab posisi hilal awal Ramadan dan Syawwal semasa Rasulullah hidup dari 2 H-10 H. Analisa astronomi memang menunjukan selama sembilan tahun itu enam kali Ramadan panjangnya 29 hari, hanya tiga kali yang 30 hari. (Lihat tabel). 

Dari analisa astronomi diketahui bahwa pada zaman Nabi, puasa dilakukan pada musim semi dan musim dingin dengan waktu puasa mulai sekitar pukul 04:30 sampai sekitar 16:40 pada musim dingin.

Puasa pertama berawal pada hari Ahad, 26 Februari 624, dan Idul Fitrinya jatuh pada hari Senin, 26 Maret 624. Berarti lama puasa 29 hari. Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624). Jatuhnya pada hari Selasa. Perhitungan ini berbeda dengan riwayat yang menyatakan bahwa perang Badar terjadi pada malam Jumat.


Salah satu Idul Fitri pada zaman Nabi saw. terjadi pada hari Jumat yaitu 1 Syawwal 3 H yang bertepatan dengan 15 Maret 625. Inilah satu-satunya Idul Fitri yang jatuh pada hari Jumat semasa Rasulullah hidup. Mungkin inilah kejadian yang berkaitan dengan hadis yang membolehkan meninggalkan salat Jumat bila pagi harinya telah mengikuti salat hari raya. Rasulullah saw. bersabda, “pada hari ini (Jumat) telah berkumpul dua hari raya, maka siapa yang mau, (salat hari rayanya) telah mencukupi salat Jumatnya, tetapi kami tetap akan melakukan salat Jumat” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah