Makalah Penganalisisan Fonem dan Morfem, Sebagai suatu Ilmu Bahasa | MENULIS Fonem Dan Morfem

Makalah Penganalisisan Fonem dan Morfem, Sebagai suatu Ilmu Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan berbahasa yang dituturkan oleh manusia selain secara lisan juga melalui juga dilakukan dengan satu tulisan. Bunyi bahasa yang semula terwujud dalam bentuk bunyi atau suara dalam bahasa tulis, bunyi-bunyi tersebut akan terwujud dalam bentuk lambang bunyi yang disebut dengan huruf.

Dalam hal itu harus disadari bahwa huruf sebagai wakil dari bunyi atau sebagai lambang bunyi tidak akan mampu mewakili secara lengkap dan sempurna. Sebab sudah menjadi satu kesatuan, di antara sebuah morfem terdapat bagian-bagian yang kecil lagi yaitu fonem, sedangkan fonem memiliki pengertian satuan bunyi terkecil bahasa yang tidak memiliki makna tetapi dapat memaknai sebuah kata. Kiranya penulis akan memebenarkan hal tersebut, sebagai pembaca juga mungkin sudah dapat memahami secara benar, sebab di dalam sebuah pembelajaran bahasa, fonem adalah tataran linguistik yang paling terkecil, dalam piramida terbalik susunannya paling bawah.

Sebenarnya kita merasakan perbedaan dalam bunyi bahasa, namun kita pun tahu bahwa perbedaan itu tidak penting secara tidak sadar sebenarnya bunyi yang banyak dan berbeda-beda itu telah kita kelompokkan dalam suatu satu kesatuan dalam bunyi yang penting untuk menandai perbedaan-perbedaan arti itu. Selanjutnya, kesatuan bunyi itu kita sebut fonem, atau sekali lagi dengan kata lain fonem adalah kesatuan bunyi terkecil yang membedakan arti. Sebab ada satu gejala bahasa yang merupakan peristiwa menyangkut bentuk-bentuk kata atau kalimat dengan segala macam proses pembentukannya, yaitu dari satuan bunyi terkecil.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang muncul adalah:
a. Apa sajakah fonem-fonem Bahasa Indonesia?
b. Apa sajakah yang termasuk distribusi fonem?
c. Sistematis seperti apakah fonem terjadi dalam sebuah bahasa?
d. hubungna seperti apakah antara fonem dan morfem dalam proses fonologis dan morfologis?

1.3.TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Dari masalah diatas tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperdalam pengetahuan mengenai jenis-jenis fonem yang ada di dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang, masalah dan tujuan diatas, ruang lingkup dalam tulisan ini hanya membahas tentang jenis-jenis fonem. Tujuan dan manfaat lain untuk memperkaya khasanah perbendaharaan pemikiran dari pemahaman yang didapat untuk kemudian dijadikan orientasi yang dapat dipahami oleh seorang pembaca, di dalam penulisan ini, penulis sengaja memanfaatkan makalah ini sebagai penulisan.

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. LANDASAN TEORI
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Sebelum ditemukan sejumlah fonem dalam bahasa Indonesia terlebih akan dirumuskan mengenai pengertian tentang fonem.

Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa, baik segmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.

Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem segmental saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental.

Itulah sebabnya dalam kajian berikut ini hanya dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi fonem vocal, fonem konsonan, dan fonem semi konsonan. Hubungan antara fonem dan morfem, pengetahuan kami tentang kaidah berbahasa Indonesia, mencakup aspek kata tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat, kami sajikan tersendiri dalam himpunan yang dalam hal ini kami sebagai penulis akan menghubungkan antara fungsi fonem dan morfem, namun kesadaran telah kami dapatkan saat kami akan menuliskan sehubungan dengan pemahaman yang masih dangkal.

Memang setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem. Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan watak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi.

Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa. Morfem sendiri sebuah kumpulan dari sebuha afiks dan kata dasar, sedangkah afiks atau kata dasar sekalipun terbentuk dari sebuah satuan bahasa yang memaknainya.

Dengan perkataan lain dapat dikatakan, bahwa proses pembentukan sebuah kata terdiri dari pembentukan satuan bahasa yang tersusun secara sistematis yang berkemampuan untuk membentuk satu makna dalam kata yang lebih banyak lagi.

BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN


3.1.METODE DAN PROSEDUR KAJIAN
3.1.1. Metode
Perubahan bentuk kata dapat terjadi pada kata-kata dalam perbendaharaan kata-kata asli suatu bahasa dari perubahan betuk daripada kata-kata asing atau kata-kata pinjaman.

Metode yang akan diangkat penulis adalah perbuhan yang terjadi dan perkembangan bentuknya mengingat adanya kaidah ejaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian historis untuk membuat rekonstruksi tentang pembentukan sebuah kata dari kumpulan sebuah satuan bahasa secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesakan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat untuk dapat menarik minat pembaca sebagai langkah obyektif sebuah pemahaman tentang donem dan morfem yang bersifat empiris.

3.1.2. Prosedur Kajian
Penelitian ini diawali adanya kebutuhan pengembangan pembelajaran analisis wacana dalam mata kuliah menulis di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Galuh Ciamis

Pengembangan pembelajaran ini menyangkut analisis fonem dan morfem sebagai bukti bahwa sistematis satuan-satuan bahasa yang dapat membentuk kata.

3.2.PEMBAHASAN FONEM

3.2.1. Fonem Vokal
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :

  1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal merupakan fonem-fonem.
  2. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer merupakan sebuah fonem.
  3. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan sebuah fonem.
  4. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri.
  5. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem.

Di antara kelima dalil diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang kuat, yaitu dalil (a), (b), dan (c). dalil (d) dan (e) merupakan dalil yang lemah.

Ada sejumlah pengertian yang harus dipahami didalam dalil-dalil atau didalam prinsip-prinsip diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan , yaitu:

1) Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip
Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara fonetis ataukah tidak ialah lafal dan daerah artikulasi bunyi itu. Bunyi-bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :

  • bunyi-bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].
  • bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya, bunyi [b] dan [d].
  • bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].
  • bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan. Misalnya, bunyi [m] dan [n].

2) Pasanan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah dan urutan bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah pasangan minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali [gali] – kali [kali] adalah pasangan minimal dan dari pasangan minimal ini diperoleh dua fonem, yaitu /g/ dan /k/.

3) Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau yang mempunyai distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini, perlu dilihat tempat kedua bunyi tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan dengan melihat jenis bunyi yang mengapitnya atau dapat juga ditentukan dengan melihat jenis suku tempatnya berada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan ialah bahwa kedua bunyi tidak pernah saling tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang satu selalu diapait oleh bunyi desis, maka bunyi yang satunya lagi selalu diapait oleh bunyi yang bukan desis. Apabila dua bunyi telah dapat dibuktikan tempatnya seperti ini, mak berarti kedua bunyi itu berada dalam distri busi komplementer atau keduanya berdistribusi komplementer. Demikian pula, kalau ada dua bunyi yang satu selalu ditemulan pada suku terbuka yang satunya lagi selalu ditemukan pada suku tertutup, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi yang komplementer.

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.

Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata “cagar” dan “cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja. Menurut ajaran linguistik, fonem meliputi a) fonem segmen, b) fonem suprasegmen dan lainnya alofon allophone. Kesatuan bunyi bahasa terkecil yang dihasilkan secara artikulasi namun tugasnya membedakan arti yaitu a) fonem segmen dan terdiri atas (1) fonem vokal, (2) fonem konsonan, (3) fonem diftong. Fonem bukan huruf hidup atau mati dibuktikan dengan complementary distribution seperti ib/a:ib/u membedakan arti, /a/ /u/ vokal; seret (= tersendat-sendat) vokal pepet /e/ seret (= hela, tarik) membedakan makna vokal taling /e/ menyerupai bunyi ekor. Kata parah berbeda arti dengan parau (bunyi aw) karena diftong /au/.

3.3.PEMBAHASAN MORFOLOGI
3.3.1. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik dan semantik.

Atau kata merupakan bentuk gabungan dari morfem bebas dan morfem terikat, yang dalam bahasa Indonesia ialah prefiks (awalan), sufiks (akhiran) dan infiks (sisipan), dan konfiks (imbuhan campuran). Morfem merupakan hasil dari gejala bahasa atau peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses pembentukannya.

Jika dihubungkan dengan fonem di atas, bahwa sebuah kat tersusun dari satuan bunyi bahasa karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan. Proses pembentukan kata dari sebuah proses morfologis ialah bermacam-macam proses terbentuknya kata dari bentuk lain. Misalnya: Dari kata dasar makan terbentuklah kata-kata makanan, makan-makan, rumah makan dan lain-lain.

1. ada tiga proses morfologis
a. proses pembentukan afiks atau afiksasi, sperti makan menjadi makanan, dimakan, termakan.
b. Proses pengulangan atau reduplikasi. Seperti makan menjad makan-makan.
c. Proses persenyawaan atau komposisi. Seperti makan, menjadi umah makan, meja makan, kamar makan.

2. ada tiga bentuk morfologis
a. kata berimbuhan.contoh dimakan, termakan dsb.
b. Kata ulang. Makan-makan, makanan-makanan
c. Kata majemuk. Contoh rumah makan, meja makan, kamar makan.

Dengan perkataan lain dapat dikatakan, bahwa afiksasi atau proses pengimbuhan menghasilkan bentuk kata berimbuhan, reduplikasi menghasilkan bentuk kata ulang dan komposisi menghasilkan bentuk kata majemuk.


Seperti pada contoh: Kata makan dan minum termasuk golongan kata verbal, setelah mendapat afiks –an, menjadi makanan dan minuman termasuk golongan kata nominal, jelaslah bahwa imbuhan afiks –an sebagai pembentuk kata nominal menjadi verbal. Cangkul, gunung, alun, batu, termasuk golongan kata nominal namun setelah mendapat afiks meN- menjadi mencangkul, menggunung, membatu maka kata tersebut termasuk golongan kata verbal. Beli, tanam, giling termasuk satuan gramatik yang disebut pokok kata. Setelah mendapat afiks peN – an akan menjadi pembelian, penanaman, penggilingan kata tersebut termasuk kata nominal. Dengan demikian bahwa peN-an termasuk pembentuk kata nominal. Untuk selanjutnya, fungsi gramatik di sini disebut dengan istilah fungsi, sedangkan fungsi semantic disebut makna. Berturut-turut dalam bab ini akan dibicarakan fungsi dan makna afiks meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, per-, ke-, maha-, para-, kan-, -an, -i, ke-an, peN-an, per-an, ber-an, se-nya, serta fungsi dan makna proses pengulangan.

Semua kata yang berafiks meN- termasuk golongan kata verbal. Dan memiliki satu fungsi sebagai pembentuk kata verbal. Kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat, dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata mengerjakan, memeriksa, subur dan panas yang menduduki fungis predikat dalam klausa-klausa di bawah ini:

  1. Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
  2. Dengan rajin bapak guru memeriksa karangan murid

Kata verbal dapat digolongkan ke dalam 2 golongan: kata kerja dan kata sifat, kedua golongan itu, dibedakan berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat…nya. Kata melihat termasuk kata kerja karena kata tsb dapat diikuti frase, menjadi melihat dengan sangat jelasnya. Kata Bekerja dengan bekerja dengan sangat tekun. Namun kata gugup tidak dapat diikuti dengan frase dengan sangat …nya, sebab menjadi kata sifat.

Sebagian besar afiks meN- merupakan kata kerja transitif misalnya menulis, membaca, menjual, membeli, membuat, memegagng, memasak, menanam, menglai, mengimport, menyusun, ada pula kata kerja intransitive, ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti obyeknya seperti melebar, menyempit, meninggi, meluas, merokok, mengudara, membesar. Kata sifat misalnya: mengantuk, menyendiri.

Akibat pertemuan afiks meN- dengan bentuk dasarnya, timbullah berbagai-bagai makna, makna yang dijumpai dalam penggunaan bahasa adalah:

1. Jika bentuk dasarnya berupa pokok kata, afiks meN- menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif lagi transitif’, maksudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek dan lagi menuntut adanya obyek. Makna ini terdapat pada kata-kata mengambil, menulis, mencetak, memperkaya, meresmikan, merundingkan, memukul, membaca, melukis.

2. apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks meN­- menyatakan makna menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya atau dengan singkat dapat dikatakan menyatakan makna ‘proses’. Misalnya:

melebar : ‘menjadi lebar’ meluas: ‘menjadi luas’ meninggi: ‘menjadi tinggi’.

3. apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks meN- menyatakan berbagai-bagai makna seperti:

membabi buta : berlaku seperti babi buta’
menepi : ‘menuju ke tepi’
menggulai : ‘membuat gulai’
merokok : ‘menghisap rokok’
demikian pula menggunung, mengombak, mengalun, membukit, mencangkul

4. pada kata mengantuk dan menyendiri afiks meN- menyatakan makna dalam kejadian atau boleh juga dikatakan menyatakan makna ‘statif’.

Akibat pertemuan afiks ber- dengan bentuk dasrnya timbullah berbagai makan yang dapat digolongkan sbb:

1. Menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif’ ialah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek. Makna ini terdapat pada kata berafiks ber- seperti bersandar, berjuang, belajar, bekerja, berangkat, berdagang, berderet, bernyanyi, bermain, bersembahyang, berlari.

2. Pada kata bergembira, berpadu, berbahagia, bersedih ialah pada kata-kata berafiks ber- yang bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks ber- menyatakan makna dalam keadaan atau ‘statif’

3. Pada kata yang berbentuk dasar kata bilangan afiks ber- menyatakan makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Kecuali pada kata bersatu yang menyatakan makna menjadi satu. Misalnya:
berdua : kumpulan yang terdiri dari dua
bertiga : kumpulan yang terdiri dari tiga

4. Jika bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks ber- mempunyai berbagai kemungkinan makna, misalnya:
berkereta api : ‘menggunakan atau naik kereta api’
berbaju : ‘memakai baju’
bersuara : ‘mengeluarkan suara’

5. selain menyatakan makna yang tersebut pada nomor 4 di atas, jika bentuk dasrnya berupa kata nominal, afiks ber- mungkin juga menyatakan makna mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar misalnya.
Berayah : mempunyai ayah
Berumah : memiliki rumah
Berpemimpin : mempunyai pemimpin

Jadi hubungan antara fonem dan morfem, tidak dapat dilepaskan. Sebab fonem atau satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat memaknai satu kata, sedangkan morfem terbentuk dari fonem yang dapat memberikan sebuah definisi lain sebuah kata.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1.KESIMPULAN
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Sebelum ditemukan sejumlah fonem dalam bahasa Indonesia terlebih akan dirumuskan mengenai pengertian tentang fonem.

Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa, baik segmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.

fonem memiliki pengertian satuan bunyi terkecil bahasa yang tidak memiliki makna tetapi dapat memaknai sebuah kata.

4.2.SARAN
Mempelajari sebuah pemahaman sesuatu tidaklah mudah, tekeculai sungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu, dengan konteks tujuan tersebut berupa hala yang positif. Dalam hal ini kami sebagai penulis menyarankan agar mempelajari sebuah pembentukan kata dari morfem dan morfem dari sebuah fonem, yang memang begitu kompleksnya, pelajarilah dengan sungguh-sungguh sebab sesuatu akan bermanfaat ketika kita sudah memahami kemudian dengan memanfaatkan waktu yang ada dapat mengamalkannya kembali. Penulis dengan segenap kekurangannya masih bisa meluangkan penulisannya, apalagi pembaca yang sudah memahami nya secara sungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?+Penelusuran+Google+fonem//
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=unsur fonem.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Anatomi fonem=pembelajaran fonem menurut para pakar.
http://www.geocities.com//morfem+dan+pembentukan+morfologi//