Bacaan Surat Al Fajr dan Terjemahannya

Bacaan Surat Al Fajr Arab, Latin, dan Terjemahannya.

Surat Al Fajr adalah surat ke-89 dalam Al Quran yang termasuk golongan surat Makkiyah. Nama surat ini juga disebut Wal Fajr dalam beberapa hadis.

Surat Al Fajr terdiri dari 30 ayat, tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa surat ini terdiri dari 32 atau 29 ayat karena ada perbedaan dalam pemotongan ayat di ayat ke-15 dan 16. Perbedaan ini tidak mempengaruhi isi ayat dalam surat ini.

Berikut ini Bacaan Surat Al Fajr secara lengkap dengan tulisan Arab, Latin dan Terjemahaanya.

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

وَالْفَجْرِۙ

Wal-fajr(i).

1. Demi waktu fajar,

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

Wa layālin ‘asyr(in).

2. Demi malam yang sepuluh,1)
1) Yang dimaksud dengan malam yang sepuluh adalah sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Ada pula yang mengatakan sepuluh pertama dari bulan Muharam, termasuk di dalamnya hari Asyura, dan ada pula yang mengatakan sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijah.ِۙ

وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ

Wasy-syaf‘i wal-watr(i).

3. Demi yang genap dan yang ganjil,

وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ

Wal-laili iżā yasr(i).

4. Dan demi malam apabila berlalu.

هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ

Hal fī żālika qasamul liżī ḥijr(in).

5. Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Alam tara kaifa fa‘ala rabbuka bi‘ād(in).

6. Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,

اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

Irama żātil-‘imād(i).

7.(yaitu) Penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

Allatī lam yukhlaq miṡluhā fil-bilād(i).

8. Yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

Wa ṡamūdal-lażīna jābuṣ-ṣakhra bil-wād(i).

9. (Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah2)
2) Lembah ini terletak di bagian utara Jazirah Arab, antara kota Madinah dan Syam. Mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal dan tempat berlindung.

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

Wa fir‘auna żil-autād(i).

10. Dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

Allażīna ṭagau fil-bilād(i).

11. Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

Fa akṡarū fīhal-fasād(a).

12. Lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ

Fa ṣabba ‘alaihim rabbuka sauṭa ‘ażāb(in).

13. Maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka.

اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ

Inna rabbaka labil-mirṣād(i).

14. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ

Fa ammal-insānu iżā mabtalāhu rabbuhū fa akramahū wa na‘‘amah(ū), fa yaqūlu rabbī akraman(i).

15. Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”

وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ

Wa ammā iżā mabtalāhu fa qadara ‘alaihi rizqah(ū), fa yaqūlu rabbī ahānan(i).

16. Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”3).

3) Allah menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan, seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ

Kallā bal lā tukrimūnal-yatīm(a).

17. Sekali-kali tidak! Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,4)
4) Maksudnya adalah tidak memberikan hak-hak anak yatim dan tidak berbuat baik kepadanya.

وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ

Wa lā taḥāḍḍūna ‘alā ṭa‘āmil-miskīn(i).

18. Tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ

Wa ta’kulūnat-turāṡa aklal lammā(n).

19. Memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ

Wa tuḥibbūnal-māla ḥubban jammā(n).

20. Dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.

كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ

Kallā iżā dukkatil-arḍu dakkan dakkā(n).

21. Jangan sekali-kali begitu! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan),

وَّجَاۤءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ

Wa jā’a rabbuka wal-malaku ṣaffan ṣaffā(n).

22. Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris,

وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ

Wa jī’a yauma’iżim bijahannam(a), yauma’iżiy yatażakkarul-insānu wa annā lahuż-żikrā.

23. Dan pada hari itu (neraka) Jahanam didatangkan, sadarlah manusia pada hari itu juga. Akan tetapi, bagaimana bisa kesadaran itu bermanfaat baginya?

يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

Yaqūlu yā laitanī qaddamtu liḥayātī.

24. Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!”

فَيَوْمَىِٕذٍ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهٗٓ اَحَدٌ

Fa yauma’iżil lā yu‘ażżibu ‘ażābahū aḥad(un).

25. Pada hari itu tidak ada seorang pun yang mampu mengazab (seadil) azab-Nya.

وَّلَا يُوْثِقُ وَثَاقَهٗٓ اَحَدٌ

Wa lā yūṡiqu waṡāqahū aḥad(un).

26. Tidak ada seorang pun juga yang mampu mengikat (sekuat) ikatan-Nya.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

Yā ayyatuhan-nafsul-muṭma’innah(tu).

27. Wahai jiwa yang tenang,

ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

Irji‘ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah(tan).

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

Fadkhuli fī ‘ibādī.

29. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Wadkhulī jannatī.

30. Dan masuklah ke dalam surga-Ku!

Makna Terkandung Dalam Surat Al Fajr

Tidak ada keutamaan khusus yang terkandung dalam surat ini. Namun ada beberapa hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Nasa’i yang membahas tentang kisah sahabat Muadz bin Jabal dalam surat ini.

Surat ini disebutkan dalam sebuah hadis di mana Nabi Muhammad memberikan nasihat kepada Sahabat Muadz bin Jabal tentang cara membaca surat dalam shalat agar tidak membuat orang yang berada menjadi makmum merasa keberatan.

Surat Al Fajr juga bercerita tentang pemimpin (Fir’aun) yang sering berlaku dzalim yang berlaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Selain itu adapula anjuran untuk mencintai dunia sekedarnya (tidak berlebihan). Memberikan hak-hak anak yatim dan tidak memakan harta waris dengan cara yang haram juga diperintahkan dalam surat ini.

Itulah makna dari QS. Al Fajr ayat 1-40. Semoga Bacaan Surat Al Fajr Arab, Latin, dan Terjemahannya ini bermanfaat bagi kita semua. Aamin